Sabtu, 25 April 2009

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMA

Syafruddin[1] *)

Abstract: The objective of this research is to produce the prototype of mathematics learning instrument with the characteristics of cooperative laerning of STAD type on the square equation subject that fulfill the criteria of valid, practical, and effective.
This research is classified as the developmental research. The model of the instrument development employed in this research referred to the 4-D model which consisted of defining stage, design stage, development stage, and dissemination stage. The development process on the first two phases produced the learning instruments (student’s book, student’s worksheet, lesson plan, and learning result test), the development on the third phase was conducted on the validation process and the instrument experiment. For the necessity of the instrument experiment, the teaching-learning was conducted by following the syntax of cooperative learning model of STAD type, and on the fourth fase was conducted by giving a socializiation to colleague teachers in several schools in order to complete the developed instruments. The subject of the research was students of SMA Negeri 1 Tanete Rilau at Class X.1 as many as 44 students.
The process of instrument development in this research has produced the prototype of mathematics learning instruments include student’s book, the lesson plan, student’s worksheet, and the learning result test on the square equation subject which have fulfilled the criteria of valid, practical, and effective.

Keywords: The development learning instrument, STAD cooperative model, square equation.

PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran sentral dan strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu agar mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat menggunakannya untuk kesejahteraan bangsa.
Sejalan dengan hal ini pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku-buku bermutu dan peningkatan pengetahuan guru melalui pelatihan-pelatiahan maupun studi lanjut. Semuanya ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang masih dirasa kurang.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Diantaranya adalah guru dan metode pembelajaran yang digunakannya. Sampai saat ini masih banyak guru dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan gurunya itu sendiri. Siswa diposisikan sebagai peserta didik yang tidak tahu dan hanya menunggu apa yang diberikan. Hal ini membuat siswa cenderung pasif dan proses pembelajaran membosankan.

Tabel 1. Nilai hasil belajar materi persamaan kuadrat SMA Negeri 1 Tanete Rilau kelas X tahun ajaran 2005/2006 – 2007/2008



Sumber: Data analisis ulangan harian SMA Negeri 1 Tanete Rilau

Tabel 1, menunjukkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Tanete Rilau kelas X untuk mata pelajaran matematika pada meteri persamaan kuadrat sebelum diadakan pembelajaran remedial, yang masih jauh berada di bawah standar ideal kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 65 yang ditetapkan sekolah. Kondisi ini disebabkan diantaranya selain proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, juga dipicu oleh kurang tersedianya perangkat pembelajaran matematika yang berbasis aktivitas, sehingga siswa hanya cenderung belajar menghafal konsep atau prinsip matematika tanpa disertai pemahaman yang baik.

Tersedianya perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Nur (dalam Yusuf, 2003:5), bahwa perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran, sekaligus melatihkan kepada guru suatu model pembelajaran yang berbasis aktivitas siswa.

Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga aktif di dalamnya. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Menurut Soedjadi (dalam Kristoforus, 2006:142) menyatakan penerapan konstruktivisme dalam proses belajar mengajar adalah siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi yang baru dengan aturan yang ada serta merevisinya bila perlu.

Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses pembelajaran (student centered). Peranan guru hanya bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (1995:5) dalam belajar kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku untuk saling membantu satu sama lain dalam tujuan bersama. Dengan belajar dalam kelompok kecil maka siswa akan lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan dapat menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Hasil penelitian Hulten & De Vries (dalam Kristoforus, 2006:142), menunjukkan bahwa dengan belajar kooperatif membuat anggota kelompok bersemangat belajar, kemudian Murray dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa interaksi antar siswa dalam belajar dapat meningkatkan perkembangan kognitif siswa Slavin (1995:17). Hal ini didukung pula hasil penelitian Djemy Jefry (2007:217) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran matematika di SMA kelas X, salah satu pokok bahasan yang diajarkan adalah persamaan kuadrat. Kenyataan di sekolah (tempat penelitian dilaksanakan) untuk tahun pelajaran 2007/2008, terbukti masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi persamaan kuadrat, rata-rata hasil ulangan harian siswa masih rendah ( = 50.80 dengan SD = 12.67). Dengan melihat nilai yang diperoleh siswa, maka sangat diperlukan suatu upaya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika.

Upaya tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan mengurangi cara belajar siswa secara individu, sebaliknya memotivasi siswa untuk belajar secara tim/kelompok dalam rangka menumbuhkan kreativitas, saling membantu dalam memahami materi sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi belajar kelompok dan berbasis aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pemilihan tipe STAD dalam penelitian ini karena merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok digunakan bagi guru-guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Selain itu tipe ini intinya kerjasama tim/kelompok yang heterogen sehingga diharapkan siswa yang lebih mampu dari segi akademik dapat membantu anggota kelompoknya yang kurang dari segi prestasi akdemik. Menurut Slavin (1995:71) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaannya meliputi lima komponen pokok yaitu; (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3) kuis atau tes, (4) skor peningkatan individu, dan (5) penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bercirikan materi pelajaran yang disampaikan sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan secara berkelompok.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian pengembangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang bercirikan pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang meliputi; Buku Siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Instrumen Tes Hasil Belajar (THB) sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan pembelajaran matematika di sekolah.

Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi persamaan kuadrat yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif?”

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Buku siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).
Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini, mengacu pada model Thiagarajan. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (dessiminate).

Instrumen Penelitian


Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar pengamatan aktivitas siswa. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh 2 orang pengamat. Pengamatan dilakukan terhadap 2 kelompok (terdiri dari 2 siswa kemampuan atas, 4 siswa kemampuan sedang, 2 siswa kemampuan rendah) dalam setiap kali pembelajaran untuk aktivitas dominan yang muncul dalam setiap 5 menit.
2. Lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang kepraktisan perangkat pembelajaran. Data diperoleh melalui 2 orang pengamat yang mengadakan pengamatan terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran di kelas.
3. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan pengamatan terhadap guru atas kemampuannya menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pengamatan ini dilakukan oleh 2 orang pengamat.
4. Angket respon siswa. Instrumen ini digunakan untuk menjaring pendapat siswa terhadap perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan.
Gambar 1. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajaran (Thiagarajan, Semmel dan Semmel, 1974)



Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Uraian singkat tentang teknik analisis beserta kriteria yang menjadi acuan hasil analisis masing-masing jenis data adalah sebagai berikut:
1. Analisis data kevalidan perangkat pembelajaran. Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat pembelajaran memiliki derajat validitas yang memadai adalah nilai untuk keseluruhan aspek minimal berada dalam kategori cukup valid dan nilai untuk setiap aspek minimal berada dalam kategori valid. Jika tidak demikian, maka perlu dilakukan revisi berdasarkan saran dari para validator.

2. Analisis data kepraktisan perangkat pembelajaran. Proses analisis data keterlaksanaan perangkat pembelajaran adalah mencari rerata hasil pengamatan dua pengamat untuk setiap kriteria ( ), setiap aspek ( ), dan total ( ), selanjutnya menentukan kategori validitas setiap kriteria, validitas setiap aspek, dan validitas total berdasarkan kriteria sebaga berikut:
terlaksana seluruhnya
terlaksana sebagian
tidak terlaksana
Keterangan:
, untuk mencari validitas setiap aspek.
, untuk mencari validitas keseluruhan aspek.

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah , dan menimal berada dalam kategori terlaksana sebagian, berarti perangkat pembelajaran tidak direvisi. Apabila nilai M berada di dalam kategori lainnya, maka perlu dilakukan revisi dengan melihat aspek-aspek yang nilainya kurang.

3. Analisis data keefektifan perangkat pembelajaran. Analisis data keefektifan perangkat pembelajaran didukung oleh hasil analisis data dari 4 komponen keefektifan, yaitu: (1) tes hasil belajar. (2) aktivitas siswa, (3) respon siswa terhadap perangkat pembelajaran, dan (4) data hasil analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Ujicoba Lapangan
Ujicoba lapangan bertujuan untuk memperoleh masukan langsung dari lapangan terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dalam ujicoba ini yang diamati adalah keterlaksanaan perangkat pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan aktivitas siswa.

a. Analisis kepraktisan
Tujuan utama analisis data keterlaksanaan perangkat hasil uji coba adalah untuk melihat tingkat keperaktisan perangkat.
Hasil ujicoba untuk melihat keterlaksanaan perangkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran



Secara keseluruhan, analisis tentang keterlaksanaan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan untuk melihat sejauh mana kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dirancang, menghasilkan data bahwa percentage of agreement sebesar 88.90%. Selanjutnya dari nilai rata-rata pengamatan sebesar = 1,8 dapat dikatakan bahwa derajat keterlaksanaan perangkat memadai karena berada pada kategori terlaksana seluruhnya.

b. Analisis Keefektifan
Analisis keefektifan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD ditentukan oleh 4 hal, yaitu: (1) tes hasil belajar, yakni pembelajaran dikatakan berhasil secara klasikal jika minimal 80% siswa mencapai skor minimal 65, (2) aktivitas siswa ideal, apabila enam dari tujuh kriteria batas toleransi pencapaian waktu ideal yang digunakan dipenuhi, dengan catatan kegiatan ketiga (mengerjakan LKS) harus dipenuhi, (3) respons siswa positif terhadap perangkat pembelajaran, apabila lebih dari 50% siswa memberi respons positif terhadap minimal 70% jumlah aspek yang ditanyakan, dan (4) kemampuan guru mengelola pembelajaran memadai, apabila nilai KG minimal berada dalam kategori tinggi.
Berikut ini akan dijelaskan hasil uji data keefektifan perangkat pada tiap ujicoba yang dilaksanakan.

1) Tes Hasil Belajar
Selanjutnya yang menjadi indikator dalam menganalisis hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Frekuensi skor hasil belajar siswa



Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk materi persamaan kuadrat berada dalam batas tuntas secara individu dengan batas KKM 65. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 67. Atau dengan kata lain, hasil belajar siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD memenuhi kriteria keefektifan yang telah ditetapkan.

2) Aktivitas Siswa
Hasil penelitian tentang aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kelompok tipe STAD, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Rata-rata persentase waktu aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD



Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa untuk setiap kegiatan yang telah ditentukan beserta dengan waktu idealnya, siswa telah melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Terlihat dari rata-rata persentase waktu yang dihabiskan oleh siswa dalam aktivitas pembelajaran berada dalam rentang waktu ideal yang bisa ditoleransi, terutama untuk kegiatan 3 dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3). Respons siswa
Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran di bagi dalam 3 aspek, yaitu: respons terhadap buku siswa, respons terhadap LKS, dan respon terhadap pembelajaran.
Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran, buku siswa dan terhadap LKS dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Persentase respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD



Keterangan : S = senang, TS = tidak senang, B = baru, TB = tidak baru.
1 = Materi pelajaran 3 = Buku siswa
2 = LKS 4 = cara belajar 5 = cara guru mengajar

Berdasarkan uraian pada tabel di atas, diketahui bahwa 96.36% siswa senang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Demikian pula terhadap perangkat pembelajaran (buku siswa dan LKS), rata-rata 77.27% siswa menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ini baru bagi mereka, termasuk materi, buku siswa, dan LKS. Sebagian besar siswa berminat untuk mengikuti kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sebagian besar pula siswa dapat memahami bahasa yang digunakan dalam buku siswa dan LKS. Demikian pula untuk penampilan buku siswa dan LKS, siswa menyatakan tertarik.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah positif.

4). Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran diketahui dari hasil analisis instrumen tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rangkuman dari lampiran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran



Secara keseluruhan dari aspek 1 sampai aspek 6, rata-rata pengamatan observer tentang kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, yakni 3.7 atau senilai 94.3%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD berada dalam kategori tinggi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan, serta dihubungkan dengan pertanyaan penellitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.

1. Proses pengembangan perangkat menggunakan model pengembangan perangkat Thiagarajan yang terdiri dari 4 fase yaitu (1) pendefinisian (define), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (develop), dan (4) penyebaran (dessiminate). Proses pengembangan pada dua fase pertama menghasilkan perangkat pembelajaran (buku siswa, lembar kegiatan siswa, dan rencana pelaksanaan pembelajaran), pengembangan pada fase ketiga melakukan proses validasi dan uji coba. Untuk keperluan uji coba perangkat dilakukan pembelajaran dengan mengikuti sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan fase ke empat dilakukan sosialisasi terhadap teman guru di beberapa sekolah guna penyempurnaan perangkat yang dikembangkan.

2. Hasil pengembangan perangkat yang dicapai yaitu; (1) valid berdasarkan penilaian ahli dan praktisi dengan sedikit revisi, (2) praktis, karena semua aspek diamati berada dalam kategori terlaksana seluruhnya, dan (3) efektif karena katuntasan klasikal telah tercapai, aktivitas siswa sudah sesuai yang diharapkan, kemampuan guru mengelola pembelajaran dalam kategori tinggi, dan respon siswa terhadap pembelajaran dalam kategori positif.

Saran-saran

Berdasarkan hasil dan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Penelitian ini sudah menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu, disarankan kepada guru matematika untuk dapat menggunakan perangkat ini pada materi persamaan kuadrat.
2. Untuk keperluan pengembangan selanjutnya, guru diharapkan dapat mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran (buku siswa, LKS, dan RPP) yang disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian pengembangan perangkat agar mencermati segala kelemahan dan keterbatasan penelitian ini, sehingga penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan perangkat yang lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies, Inc.
______, R. I. 2000. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007. Tentang Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Borich, G.D. 1994. Observation Skill for Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing Company.
Dadi Permana, A. 2005. Mudah dan Aktif Belajar Matematika untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Setia Purna Inves.
Jefri, Djemy. 2007. “Pembelajaran Kooperatif STAD dan Turnamen TGT untuk meningkatkan Minat dan Prestasi pada Pola dan Deret Bilangan”. Ilmu Kependidikan No. 3. hlm. 205-218.
Karim, Abdul. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pokok Bahasan Kubus dan Balok Kelas 1 SLTP Model Kooperatif Tipe STAD dengan Laboratorium Mini. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.
Kristoforus Djawa Djong. 2006. “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPK St Theresia.” Mathedu No. 2 hlm. 141-149.
Luddy Bambang Sasongko. 2004. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Relasi, Fungsi, dan Grafiknya. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.
Ngalim Purwanto, MP. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif untuk Menguasai Bahan Ajar. Ringkasan Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.
Nur, M. dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Edisi Pertama. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa.
Nur, M. dan Wikandari, P. R. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa Pusat Sain dan Matematika Sekolah.
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Slavin. 1995. Cooperatif Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
_____. 2000. Educational Psychology, Theory and Practice. Needham Heights: Allyn & Bacon.
Sri Kurnianingsih, dkk. 2007. Matematika SMA dan MA untuk Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukino. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sunardi, H. dkk. 2008. Matematika 1 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara.
Suradi. 2005. Interaksi Siswa SMP dalam Pembelajaran Matematika Secara Kooperatif. Disertasi. Surabaya: PPs UNESA.
Thiagarajan, S. Semmel dan Semmel. 1974. Instructional Development For Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Widyantini, Th. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Depdiknas.
Yusuf. 2003. Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB. Tesisi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.

[1] Alumni Prodi Pendidikan Matematika PPs UNM Makassar dan Guru SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

2 komentar:

  1. optimalkan tampilan agar lebih menarik dan isi dengan tulisan lainnya yang up to date

    BalasHapus
  2. Bisa lihat contoh instrumen'y om.

    BalasHapus